Anti Copas

Sabtu, 09 Mei 2015

Wayang Kulit Cina Jawa (Kesenian Tradisional Suku Jawa - Yogyakarta)


Kilas Sejarah : Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau.

Wayang kulit ini merupakan replika Wayang Cina Jawa di Museum Sono Budoyo Yogyakarta pada 15 Juli tahun 2005, Wayang ini diprakarsai oleh Gan Thwan Sing pada abad XX. Memasuki tahun 1925, pertunjukan Wayang Kulit Cina Jawa makin popular di masyarakat.

Cerita wayang kulit ini mengambil dari Cina, Naskah ceritera Wayang Cina Jawa menurut Peneliti Budaya Cina-Jawa dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Dwi Woro Retno Mastuti pada saat ini masih terdapat sebanyak 119 naskah yang tersebar di berbagai tempat a.l. : Perpustakaan Nasional Indonesia Jakarta, FIPB-UI, Museum Radyo Pusta-Museum Sono Pustaka-Museum Rekso Pustaka ( ketiganya di Solo ), Museum Sono Budaya Yogyakarta, Perseorangan di Surabaya, sedangkan sisanya ada di Leiden Belanda dan di Berlin Jerman. sedangkan musik dan bahasanya memakai kebiasan Jawa.

Kehadiran bangsa Tiongkok di Nusantara ikut mewarnai perkembangan seni budaya di  daerah tempat mereka bertempat tinggal. Akulturasi budaya terjadi dan tumbuh dengan baik. Di Jogja, karya-karya sastra orang Tionghoa cukup mengesankan. Hal ini teristimewa dalam kaitannya dengan karya-karya mereka yang terwujud dalam bentuk wayang kulit yang biasa disebut Wacinwa atau wayang thithi.



Wayang kulit Tiongkok Jawa lahir di Yogyakarta tahun 1925 dan diciptakan oleh Gan Thwan Sing. Bahasa pengantar adalah Bahasa Jawa. Musik karawitannya gamelan Jawa. Diperkirakan, wayang ini pernah berjaya sekitar tahun 1930 hingga 1960-an. Setelah sang dalang sekaligus penciptanya wafat, wayang ini pun lenyap ditelan sunyi. Tak seorang pun tahu atau pun pernah mendengarnya, kecuali mereka yang saat ini berusia 70an tahun dan tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya. Wayang ini dilengkapi dengan setumpuk naskah lakon wayangnya yang sekarang ada di Museum Sonobudoyo (1 naskah) dan Perpustakaan Berlin-Jerman (39 naskah). Naskah-naskah tersebut ditulis oleh Gan Thwan Sing dalam bahasa dan aksara Jawa.

Keberadaan wayang kulit Cina-Jawa sudah cukup lama. Biasanya digelar di klenteng-klenteng Cina. Pertunjukannya mengisahkan mitos dan Legenda Tiongkok seperti Sam Kok, San Pek Eng Tai, dan Li Si Bin. Bahasa yang digunakan, bahasa Melayu untuk wayang Potehi dan bahasa Jawa untuk wayang kulit Cina-Jawa.
Saat ini wayang Cina Jawa masih disimpan rapi di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, menunggu para pemerhati budaya untuk melakonkannya.

Sumber : 
  • http://www.museumwayang.com/Wayang%20Kulit%20Cina%20Jawa.html
  • http://sorotjogja.com/wayang-cina-jawa-mati-suri-di-museum-sonobudoyo/

1 komentar:

Next Prev home