Kilas Sejarah : Bahan Dasar : Kulit kerbau, dan Tanduk kerbau.
Wayang Gedog dibuat dari kulit kerbau dengan bentuk dasar seperti wayang Purwa tetapi tidak disertai wayang kera dan raksasa. Kata “ Gedog “dalam wayang ini belum dapat ditafsirkan secara pasti, namun kata gedog dalam bahasa kawi berarti kuda, sedangkan gedogan dalam bahasa Jawa adalah kandang kuda, ada pula yang menafsirkan suara “dog - dog” ketukan dari dalang pada kotak wayang.
Dalam wayang Gedog menampilkan ceritera kepahlawanan Panji Kudhawanengpati. Pembuatnya pertama kali ialah Sunan Giri dengan cerita Panji ( diambil dari lakon kerajaan Kediri, Singasari, Ngurawan dan Jenggala dengan lawannya Klana dari Bali dan dibantu tentara dari Bugis ) dan mempergunakan Gamelan Pelog pada tahun 1563. Wayang Gedog koleksi Museum Wayang bergaya Surakarta dan dibuat tahun 1990. bentuk wanda wayang cukup bagus, ukiran dan tatanannya sangat halus, sunggingannyapun sangat baik.
Bentuk wayang Gedog mirip wayang Panji maka pada umumnya menyebut sama dengan wayang Panji. Bentuknya hampir mirip wayang kulit. Sumber ceritanya berasal dari Jawa seperti: Banten, Singasari, Mataram, Kediri dan lain-lain. Wayang gedog hapir punah kita hanya dapat menjumpai tahun 1400.
Wayang Gedog atau Wayang Panji adalah wayang yang memakai cerita dari serat Panji. Wayang ini mungkin telah ada sejak zaman Majapahit. Bentuk wayangnya hampir sama dengan wayang purwa. Tokoh-tokoh kesatria selalu memakai tekes dan rapekan. Tokoh-tokoh rajanya memakai garuda mungkur dan gelung keling. Dalam cerita Panji tidak ada tokoh raksasa dan kera. Sebagai gantinya, terdapat tokoh Prabu Klana dari Makassar yang memiliki tentara orang-orang Bugis. Namun, tidak selamanya tokoh klana berasal dari Makassar, terdapat pula tokoh-tokoh dari Bantarangin (Ponorogo), seperti Klana Siwandana, kemudian dari Ternate seperti prabu Geniyara dan Daeng Purbayunus, dari Siam seperti Prabu Maesadura, dan dari negara Bali.
Wayang gedog yang kita kenal sekarang, konon diciptakan oleh Sunan Giri pada tahun 1485 (gaman naga kinaryeng bathara) pada saat mewakili raja Demak yang sedang melakukan penyerbuan ke Jawa Timur (invasi Trenggono ke Pasuruan).
Wayang Gedog baru memakai keris pada zaman panembahan Senapati di Mataram. Barulah pada masa Pakubuwana III di Solo wayang gedog diperbarui, dibuat mirip wayang purwa, dengan nama Kyai Dewakaton.
Dalam pementasannya, wayang gedog memakai gamelan berlaras pelog dan memakai punakawan Bancak dan Doyok untuk tokoh Panji tua , Ronggotono dan Ronggotani untuk Klana, dan Sebul-Palet untuk Panji muda.Seringkali dalam wayang gedog muncul figur wayang yang aneh, seperti gunungan sekaten, siter (kecapi), payung yang terkembang, perahu, dan lain-lain.
Di Surakarta, tinggal ada dua dalang wayang gedog, yaitu Bp. Subantar (SMKI/ Konservatori) dan Bp. Bambang Suwarno, S.Kar (STSI) yang juga salah satu desainer wayang gedog yang masih bertahan sampai sekarang.
Wayang Gedog adalah wayang kulit yang menceritakan kisah sejak Sri Gatayu, Putera Prabu Jayalengkara sampai masa Prabu Kuda Laleyan. Sebutan Wayang Gedog diperkirakan berasal dari pertunjukan Wayang Gedog yang mula mula tanpa iringan kecrek (besi), sehingga bunyi suara keprak "dog" sangat dominan.
Cerita Wayang Gedog bersumber pada cerita Panji yang muncul pada zaman Kediri dan Majapahit. Istilah Panji sebagai gelar ksatria dan raja muncul pada zaman pemerintahan Jayabaya di Kediri pada abad XI. Pada masa itu Jayabaya bergelar Sang Mapanji Jayabaya yang memerintah pada tahun 1135-1157. Selain gelar panji, muncul juga gelar dengan mengambil nama-nama binatang perkasa sebagai penghormatan.
Sumber :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_gedog
- http://www.museumwayang.com/Wayang%20Kulit%20Gedog.html
- https://team2art.wordpress.com/2010/05/24/wayang-merupakan-kebudayaan-indonesia-unik/
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus